-->
  • Jelajahi

    Copyright © PARADIGM
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Ahli Sepatu Vs Tukang Sepatu

    Kusnadiaal
    Selasa, 27 April 2021, Selasa, April 27, 2021 WIB Last Updated 2021-04-26T18:15:52Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini


    Pada masa klasik Islam kecenderungan umum masyarakat menganggap bahwa orang alim, ulama atau yang cerdik pandai adalah orang yang banyak hafal pendapat-pendapat para ulama sebelumnya berikut teks-teks mereka, bahkan juga hafal nama-nama kitab dan silsilah masing-masing mereka sampai Nabi.

    Semakin banyak hafalan seseorang, semakin alimlah dia. Sebaliknya orang yang tidak hafal teks, betapa pun cerdas dan tangkasnya dia berargumentasi, ia tidak layak disebut orang alim atau ulama, melainkan tak lebih sebagai cendekiawan, intelektual, sarjana atau sebutan lainnya.

    Pandangan ini mendapat kritik Ibnu Rusyd Al-Hafid (w. 1198). Filsuf, komentator utama Aristoteles dan faqih (ahli hukum Islam) terkemuka dari Andalusia, Spanyol, dan mujtahid besar ini pernah melontarkan kritik terhadap para ulama pada masanya yang lebih rajin menghafal teks-teks keilmuan dan mengikuti pandangan-pandangan tekstual para ulama sebelumnya, daripada melakukan analisis dan kajian-kajian mendalam, rasional dan empiris.

    Para ahli fikih, menurut dia, seyogyanya tidak terus menerus bertaklid kepada orang lain dan tidak hanya sibuk menghafal atau mereproduksi fikih dan pikiran-pikiran para pendahulu mereka. Orang yang hafal produk-produk hukum para mujtahid, betapa pun banyaknya, tidaklah patut disebut “faqih” dan “alim”.

    Seseorang baru bisa disebut “faqih” (ahli fiqh), dan “alim”, jika dia mampu menganalisis dan menggali teks-teks hukum secara mendalam, melalui argumentasi-argumentasi yang dapat diterima akal sehat (rasional) dan sejalan dengan realitas yang berkembang. Apalagi jika ia bisa menciptakan kerangka dan metodologinya sendiri.

    Ia membuat analogi melalui seorang ahli sepatu. Ahli atau tukang sepatu, "Bukanlah orang yang punya banyak sepatu yang siap pakai. Ia bukanlah kolektor sepatu, atau pemilik toko sepatu. Memang baik saja orang yang punya banyak sepatu yang dengannya dia bisa memakainya, menjualnya kepada masyarakat atau memberikannya kepada yang memerlukannya,"katanya.

    Akan tetapi repotnya adalah jika pada suatu saat ada pembeli atau ada orang yang meminta model terbaru bahkan dengan ukuran tertentu. Apalagi perubahan adalah niscaya, Ia adalah karakter makhluk hidup dan alam semesta.

    Masyarakat terus berkembang dari waktu ke waktu, cepat bosan dan selalu ingin hal-hal baru. Maka bagaimanakah dia harus memenuhi permintaan orang tersebut bila model atau ukuran (size) tidak tersedia di rumah atau di tokonya? Ia tentu saja tidak bisa melayaninya atau memenuhinya.

    Menurut Ibnu Rusyd, ahli atau Tukang sepatu adalah orang yang bisa membuat sepatu dan mampu menciptakan dan mengkreat model-model yang sesuai dengan trend zamannya.

    Dengan begitu, ia akan bisa memenuhi kebutuhan orang yang berbeda-beda dan dengan model apa saja, meski memang harus sedikit sabar, menunggu si ahli merancang dan mengerjakannya.

    Inspirasi KH Husein Muhammad
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    NamaLabel

    +