-->
  • Jelajahi

    Copyright © PARADIGM
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Islam Nusantara : Islam Lokal Dengan Ambisi Global ?

    Kusnadiaal
    Jumat, 08 Mei 2020, Jumat, Mei 08, 2020 WIB Last Updated 2020-05-07T19:31:41Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini


    Perselisihan antara pendukung dan penentang Islam Nusantara benar-benar bermuara pada perdebatan klasik tentang Islam dan budaya di Indonesia.”
    Jakarta, LD-PBNU

    Organisasi Muslim terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) telah memulai sebuah proyek untuk mempromosikan visinya tentang Islam yang inklusif dan damai ke Indonesia dan dunia (tautannya eksternal).

    Melalui Islam Nusantara, Nahdlatul Ulama percaya dapat menawarkan kontra-narasi terhadap ideologi kaku Negara Islam Irak dan Levant (ISIL) yang keras dan penuh kekerasan.
    Islam Nusantara adalah tema konferensi nasional atau muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama, pada Agustus tahun 2015. Tetapi muktamar gagal menyetujui apa yang sebenarnya dimaksud oleh Islam Nusantara, dan itu tetap merupakan konsep yang diperdebatkan di antara anggota NU.
    Perselisihan antara pendukung dan penentang Islam Nusantara benar-benar bermuara pada perdebatan klasik tentang Islam dan budaya di Indonesia. Apakah budaya Jawa telah diislamkan sehingga praktik-praktik yang bertentangan dengan syariah dimodifikasi agar lebih mencerminkan ajaran Islam? Atau apakah budaya Jawa telah menyusup ke ritual-ritual Islam, sehingga ekspresi dan praktik Islam di Jawa berbeda dengan Islam “murni” yang dipraktikkan di Arab Saudi?

    Penentang berpendapat bahwa Islam Nusantara berusaha untuk melegitimasi praktik budaya yang bertentangan dengan ajaran Islam, sementara pendukung mengatakan bahwa itu adalah Islam inklusif yang toleran terhadap budaya lokal. Misalnya, penentang memandang tradisi Kejawen (tradisi Jawa sinkretik yang memasukkan unsur-unsur Islam, animisme, Hindu, dan Budha) sebagai menyimpang, sementara pendukung melihatnya sebagai contoh praktik budaya Indonesia yang kaya dan layak dihargai.

    Penentang berpendapat, Islam Nusantara memasuki bidang kepercayaan (akidah) di mana tidak ada kompromi. Sementara itu pihak pendukung percaya bahwa Islam Nusantara beroperasi lebih dalam bidang fiqh, atau yurisprudensi Islam, yang bisa lebih fleksibel. Jadi kedua kelompok menemui jalan buntu: para penentang mengatakan Islam Nusantara sebagai sebuah pemahaman yang belum sempurna; sedangkan para Pendukung mengatakan penentang terhadap Islam Nusantara adalah karena gagal paham.

    Islam Nusantara sebenarnya merupakan kelanjutan dari konsep pribumisasi Islam yang diajukan oleh Ketuam Umum PBNU sebelumnya (dan presiden Indonesia keempat) Abdurrahman Wahid dan dilanjutkan oleh penggantinya, Hasyim Muzadi. Pribumisasi Islam adalah bentuk perlawanan terhadap Islam transnasional, yang dianggap sebagai produk impor, kurang cocok untuk budaya Indonesia. Gagasan ini dikembangkan lebih lanjut oleh ketua PBNU Said Aqil Siradj sebagai Islam Nusantara.

    Meskipun konsep ini diuraikan relatif baru-baru ini, Islam Nusantara memiliki akar teoretis dalam gagasan mantan Menteri Dalam Negeri Hazairin tentang sekolah pemikiran (mazhab) nasional, dan konsep fiqh Indonesia tentang fiqh Indonesia milik Profesor Hasbi As-Shiddieqy, yang keduanya dijelaskan beberapa dekade sebelumnya.

    Dengan banyaknya orang Indonesia yang khawatir tentang kemungkinan ISIL mendapatkan pijakan di Indonesia, organisasi-organisasi Muslim arus utama seperti Nahdlatul Ulama telah berusaha untuk menegaskan kembali bentuk Islam yang dipraktikkan di Indonesia: Islam yang berbeda dengan ekstremisme keras yang dipromosikan oleh ISIL dan telah terbukti sumber kedamaian di kepulauan selama berabad-abad. Singkatnya, upaya untuk melawan radikalisasi harus menawarkan ideologi alternatif.

    Karena itu, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sangat mendukung Islam Nusantara. Bahkan Presiden Joko Widodo menggambarkan Islam Nusantara sebagai “banteng dan benteng” untuk melindungi ideologi nasional Pancasila, moto nasional Persatuan dalam Keanekaragaman, UUD 1945 dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ..

    Pendukung Islam Nusantara melangkah lebih jauh, menyarankan bahwa konsep tersebut harus diekspor ke dunia Islam yang lebih luas. Tetapi apakah Islam Nusantara akan mendapatkan daya tarik di Timur Tengah? Jika penekanannya adalah pada mempromosikan produk, bukan metode, maka upaya untuk mempromosikan Islam Nusantara di sisi lain dunia pasti akan gagal.
    Lupakan Islam Nusantara, Nahdlatul Ulama hanya memiliki kekuatan nyata di Jawa.

    Nahdlatul Ulama tidak memiliki jangkauan internasional seperti Wahabbisme, Ikhwanul Muslimin (Ikhwanul Muslimin) atau Hizbut Tahrir. Isu-isu yang diangkat oleh gerakan transnasional ini adalah masalah global dan, karenanya, memiliki relevansi yang lebih luas bagi umat Islam di seluruh dunia. Nahdlatul Ulama, sementara itu, difokuskan terutama pada masalah budaya yang menarik bagi orang Jawa.

    Bagaimana bisa Islam Nusantara berharap memiliki pengaruh global?
    Arab Saudi adalah penjaga dari dua tanah suci, Turki mengklaim bahwa itu mewakili dunia Islam karena merupakan rumah bagi kekhalifahan terakhir, sementara Mesir telah lama memposisikan dirinya sebagai pusat beasiswa Islam melalui Universitas Al-Azhar. Apa yang bisa ditawarkan Islam Nusantara?

    Mempromosikan Islam Nusantara sering disalahpahami sebagai memasukkan budaya Indonesia ke dunia Arab. Tentu saja ini tidak mungkin karena konteks sejarah, politik, dan sosiokultural dari kedua daerah tersebut sangat berbeda. Namun, Islam Nusantara dapat berperan dalam mempromosikan metode, atau manhaj, dari Islam yang mengakomodasi budaya lokal. Pendekatan semacam itu memiliki sedikit harapan untuk menembus dunia Arab juga, karena hampir tidak mungkin untuk memisahkan budaya Arab dari praktik-praktik Islam sehari-hari di wilayah tersebut.

    Metode Islam Nusantara memiliki peluang paling besar untuk membuat dampak di barat. Ini dapat digunakan untuk mengembangkan Islam Australia, Islam Amerika atau Islam Eropa – pemahaman Islam yang sesuai dengan budaya lokal di mana umat Islam tinggal.

    Konservatif di barat khawatir tentang pencari suaka dan pengungsi yang datang dari negara-negara seperti Suriah, Irak dan Afghanistan yang mengarah ke masalah sosial atau mengubah budaya Eropa (link eksternal).

    Islam Nusantara dapat mempromosikan perlunya pemahaman yang lebih fleksibel atau fleksibel tentang yurisprudensi Islam untuk Muslim yang tinggal di barat. Ini akan beroperasi seperti idiom bahasa Indonesia “di mana pun Anda berdiri di bumi, di sana Anda memegang langit” (di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung), yang berarti bahwa di mana pun Anda berada, penting untuk mengamati adat istiadat setempat.

    Oleh karena itu, Islam Nusantara tidak boleh mempromosikan Islam Jawa, melainkan mempromosikan bagaimana budaya lokal, di mana pun berada, dapat berinteraksi secara positif dengan ajaran Islam. Itulah sifat asli Islam Nusantara: ini bukan tentang Javanisasi Islam atau Islamisasi Jawa, atau Islamisasi barat atau westernisasi Islam.

    Tonton di YouTube : Islam Nusantara : Islam Lokal Dengan Ambisi Global ?

    Tulisan ini diadaptasi dari artikel  pada laman Indonesia at Melbourne pada 3 Mei 2020.

    Penulis:

    Dr. KH. Nadirsyah Hosen, LL.M, MA., Ph.D (Gus Nadir)

    Rois Syuriyah PCINU Australia dan New Zealand

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    NamaLabel

    +