masukkan script iklan disini
Oleh: Kusnadi
Kehidupan manusia berkisar antara kesuksesan, prestasi, kesenangan, kegembiraan dan
kegagalan, penderitaan, dan kecemasan. Banyak penderitaan dan kegagalan dapat
dicegah atau diobati, tentu saja dengan upaya keras. Jelaslah, manusia bertanggungjawab
menundukkan alam dan mengubah kemalangan hidup menjadi keberuntungan hidup.
Namun demikian, banyak kejadian pahit tak dapat dicegah atau juga tak dapat ditentang.
Misal, ambil contoh usia lanjut. Berangsur-angsur orang pasti berusia lanjut dan pasti
mengalami kemerosotan kondisi jasmani akibat usia lanjut. Usia lanjut, kemunduran
kondisi tubuh dan penyakit membuat hidup orang lanjut usia terasa sulit. Takut mati dan
takut mewariskan dunia fana ini kepada orang lain selalu terasa menyakitkan hati.
Keyakinan religius memberikan kepada manusia kekuatan untuk menentang dan
kekuatan bertahan serta mengubah kepahitan hidup menjadi terasa manis. Orang yang
memiliki keyakinan religius tahu bahwa segala yang ada di dunia ini ada skemanya.
Seandainya orang tersebut tidak mungkin keluar dari kepahitan hidup, maka Allah akan
memberinya kompensasi dengan cara lain, dengan catatan dia menunjukkan reaksi yang
baik terhadap kemalangan hidupnya.
Baca juga : Wujud Sholat Dalam Kitab Fihi Ma FihiBagi orang yang takwa, usia lanjut itu
menyenangkan dan lebih nikmat ketimbang usia muda karena dua alasan: Pertama, dia
tidak percaya kalau usia lanjut merupakan akhir segalanya; kedua, waktu yang masih ada
dimanfaatkannya dengan asyik memuja dan mengingat Allah.
Sikap orang beriman terhadap kematian beda dengan sikap orang tak beriman. Bagi
orang beriman, kematian bukanlah berarti kehancuran total, melainkan hanyalah
peralihan dari dunia fana yang kecil ini ke alam abadi yang agung. Kematian berarti
meninggalkan "dunia kerja" menuju "dunia hasil." Karena itu orang beriman menyikapi
rasa takut matinya dengan menyibukkan diri berbuat baik, dan perbuatan baik ini oleh
agama disebut dengan "amal saleh."
Para psikiater mengakui bahwa merupakan suatu fakta yang tak terbantahkan bahwa
kebanyakan penyakit jiwa diakibatkan oleh kecemasan mental dan kepahitan hidup, dan
penyakit ini lazim dijumpai di kalangan orang-orang nonreligius. Penyakit zaman modern
ini, yang muncul akibat lemahnya keyakinan religius, berupa semakin meluasnya
penyakit jiwa dan saraf.•