-->
  • Jelajahi

    Copyright © PARADIGM
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Teologi Menuju Gerakan Kemanusiaan : Dalam Pemikiran Hassan Hanafi

    Kusnadiaal
    Rabu, 29 April 2020, Rabu, April 29, 2020 WIB Last Updated 2020-04-28T21:53:08Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini



    Oleh : Diran Murtadho



    Sejatinya seluruh teks suci dan sunnah Rasul bukan hanya untuk menunjukan keagungan dan kesucian Tuhan. Tuhan tidak membutuhkan pensucian dan pengagungan dari manusia. Karena tanpa ada yang melihat pun Tuhan tetap Mahasuci dan Maha Agung dengan segala sifat dan kesempurnaannya. Akan tetapi teks suci dan sunah Rasul mengarah kembali untuk diri manusia. Agar manusia menjadi manusia yang ideal, manusia yang baik, insan kamil.

    Manusia Insan Kamil adalah manusia yang mampu membumikan zat serta sifat Tuhan di dalam dirinya dan perbuatannya. Yang mana kandungan kebaikan itu bukan disimpan untuk Tuhan tetapi sifat itu mesti di praktikkan dalam perilaku dan moralitas manusia muslim.

    Jika perilaku dan moralitas manusia muslim telah mencitrakan konsep tentang Insan Kamil, dengan sendirinya eksistensi Tuhan akan tampak di dalam diri seorang muslim. Namun bukan berarti Tuhan telah digantikan dengan konsep manusia Insan Kamil. Tetapi eksistensi Tuhan dengan suatu gambaran yang telah di praksiskan dalam sikap dan perilaku muslim. Ketika menyebut tentang zat Tuhan maka ia akan sadar keberadaan Tuhan dengan dirinya. Atau dengan kata lain, manusia Insan Kamil adalah representasi Eksistensi Tuhan dalam praktiknya bukan dalam hakikat ketuhanannya.

    Dalam arti bahwasanya zat itu berada pada kesadaran, dan sifat itu mengacu pada suatu keadaan dalam realitas. Pada keduanya, terdapat suatu pelajaran dan pengharapan Tuhan pada manusia, supaya manusia sadar atas apa yang terjadi dalam realitas dan mereka sadar akan dirinya sendiri. 

    Berikut  sedikit penjelasan mengenai sifat-sifat Tuhan menurut penafsiran Hasan Hanafi:

    Pertama adalah wujud tentang adanya Tuhan. Perlu di ingat sekali lagi Tuhan tidak memerlupan pengakuan. Tanpa, manusia pun tuhan tetap wujud. Namun wujud disini sebagai tajribah wujudiyah pada manusia. Artinya adalah tuntutan pada manusia untuk merefleksikan aka nada dirinya. Manusia di tuntun agar menjadi dan eksis sebagai manusia yang abdi daya. Mampu merubah dirinya dan mereflesikan dirinya pada lingkungan sekitar.

    Kedua qidam, artinya terdahulu. Qidam adalah modal pengalaman dan pengetahuan kesejarahan untuk digunakan dalam melihat realitas dan masa depan sehingga tidak lagi terjatuh dalam kesesatan, taqlid dan kesalahan.  Jadi maksudnya manusia mesti memiliki pengetahuan untuk kemajuan di masadepan agar tidak terjatuh pada kesesatan yang telah terjadi di dalam sejarah peradaban manusia.

    Ketiga, baqa artinya kekal manusia harus menjauhi perilaku yang bersifat fana. Namun seharusnya manusia melakukan hal yang bersifat membangun ke arah yang lebih baik, dengan cara mengembangkan kemampuan berpikir, lalu menjauhi perilaku yang bisa membuat kerusakan di bumi. Maksudnya adalah dengan membangun suatu peradaban yang tidak merusak lingkungan dan alam, tetapi harus mengembangkan suatu perubahan kontruksi intelektual muslim yang bersifat mengubah lingkungan dan alam yang tentram. Dan muslim harus memgang teguh atas panduan Tuhan di dalam al-Quran bahwasannya manusia itu adalah khalifah (pemimpin) atau juga bisa di artikan sebagai wakil Tuhan yang mesti menjaga alam, lingkungan, dan saling menjaga anatara manusia dengan manusia agar tidak menimbulkan kerusakan di bumi ini. Dan mesti menjauhkan diri dari sifat berlebih-lebihan dalam beragama baik sesama makhluk bahkan terhadap Tuhan itu sendiri.

    Keempat, mukhalafah li al-hawadist  yang artinya berani untuk tampil berbeda dari yang lain. Jelasnya manusia berani untuk menunjukan apa kehendak dan tampilan dia tanpa terpengaruh oleh pemikiran orang lain maupun oleh kultur orang lain. Dari sekian budaya yang bermunculan di permukaan dunia kita selalu terkontaminasi dengan adat yang orang lain munculkan, kita selalu taqlid dan ingin mencontoh pemikiran mereka dengan segala gaya yang di munculkan melalui reklame maupun tayangan-tayangan film yang muncul di televisi. Selanjutnya qiyamuhu binafsih  artinya berdiri sendiri. Berdiri sendiri dalam artian manusia mampu berpikir mandiri melaksanakan apa yang dia pikirkan dengan penetuan titik pijak yang ia pegang dan mengubah suatu tatanan dengan kemampuan yang ia miliki.

    Kelima, wahdaniyah artinya keesaan. Keesaan disini adalah bukan untuk membedakan Tuhan dari teologi trinitas, panteisme, berhala, dan politeisme. Bukan untuk menghindarkan Tuhan dari kesyirikan yang akan timbul. Tetapi lebih mengarahkan sisi kemanusiaan dari fonemena yang terjadi dalam realitas. Maksudnya adalah kesatuan rasa tanpa adanya perbedaan ras, kelas, dan Negara sekalipun. Inti dari ke semua itu adalah suatu kesatuan rasa atas kemanusiaan dan kesatuan atas nasib yang di terima oleh makhluk. Yang pada akhirnya kita mesti memandang orang lain atas nama kesatuan kemanusiaan.

    Untuk itu, dapat kita ambil kesimpulan bahwa zat Tuhan dan sifat-sifatnya tidak hanya melulu disimpan di atas kepala kita, namun kita mesti memberjalankan ide tentang sifat dan zat Tuhan untuk kemudian diarahkan pada suatu gerakan kemanusiaan. Kita saling mendukung di dalam tatanan dan perubahan yang semestinya kita perjuangkan.
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    NamaLabel

    +