-->
  • Jelajahi

    Copyright © PARADIGM
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Yang Terlupakan Di Hari Buruh Internasional

    Kusnadiaal
    Jumat, 01 Mei 2020, Jumat, Mei 01, 2020 WIB Last Updated 2020-05-01T00:04:10Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini



    Setiap 1 Mei adalah peringatan Hari Buruh Internasional. Sebuah momentum yang harus mengingatkan kita semua akan nasib para buruh. Para buruh seolah menjadi alat peras pundi-pundi uang bagi pemilik perusahaan. Ya buruh memang identik dengan para pekerja di perusahaan-perusahaan.

    Nasib keuangan atau upah dirasa kurang dari UMR sehingga tuntutan kenaikan upah selalu disuarakan saat peringatan Hari Buruh. Selain itu ancaman PHK dirasa merugikan para buruh.

    Apalagi di momentum ini, ditengah Pandemi yang mengakibatkan banyak buruh yang di PHK. Semua pihak bicara tentang hak dan kewajiban para buruh. Semua ingin memperjuangkan nasib buruh. Hampir semua orang berpihak pada kaum buruh ini. Ya banyak yang berdiri di belakang buruh.

    Padahal di dunia lain, masih ada nasib yang tak kalah memprihatinkan dari nasib para buruh tersebut. Guru Non PNS misalnya, baik yang mengajar di sekolah Negeri maupun sekolah swasta. Nasibnya tak mendapatkan apresiasi sebagaimana para buruh.

    Mungkin ada yang berpandangan bahwa guru itu golongan elit. Pasti memiliki gaji yang cukup setiap bulannya, apalagi guru Non PNS yang mengajar di sekolah swasta. Mereka dianggap telah mendapatkan hak yang lebih dari cukup. Bisa jadi mereka akan ditertawakan jika mengeluh.

    Akan tetapi jika diperhatikan, tak semua guru di sekolah swasta sudah sejahtera, tak semua sekolah swasta berani menarik uang iuran tiap bulannya yang bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan tentu sedikit banyaknya dapat membantu mengatasi kesejahteraan gurunya.

    Di sekolah-sekolah swasta favorit perkotaan memang bisa saja gurunya sejahtera. Orang tua siswa biasanya adalah orang yang paham pendidikan dan golongan ekonomi kelas menengah keatas.

    Tetapi jika sekolah swasta di pelosok kota, sekolah sering berprinsip bahwa orangtua siswa tak memiliki rezeki berlebih, jadi tak mengambil kebijakan menarik iuran bulanan. Anak-anak rajin sekolah saja sudah sangat disyukuri.

    Jadi, guru swasta di kebanyakan sekolah juga memiliki nasib yang sama dengan guru honorer di sekolah negeri. Dengan gaji yang sangat jauh dari UMR, mereka tetap mengabdi kepada Negeri.

    Jika berbicara soal nasib guru non PNS, saya teringat saat diskusi ringan dengan sahabat saya. Beliau memandang ketika berbicara soal tersebut tentu akan muncul dua pemikiran, yang pertama mendukung para guru non PNS, yang kedua menyayangkan 'kenapa mau jadi guru non PNS' kenapa tidak berwirausaha atau jadi pekerja di kantoran dan lain sebagainya.

    Okelah. Bicara tentang tenaga guru non PNS seolah menjadi status yang membuat serba salah. Di satu sisi dia dibutuhkan dan patut didukung. Di sisi lain dia mencari masalah sendiri.

    Memang kita tidak bisa menyamakan persepsi. Bagi orang yang berkecimpung di dunia pendidikan pasti akan merasa prihatin, karena di lapangan, sekolah merasa kurang tenaga pendidik. Namun pemenuhan guru PNS agak tersendat.

    Begitulah. Perjuangan para guru non PNS sudah barang tentu sangat berarti untuk bangsa dan negara ini. Hanya nasibnya saja yang tak semujur guru yang berstatus PNS. Di sekolah mereka menjadi andalan untuk pengerjaan berbagai urusan administrasi karena keterbatasan PNS.

    Lalu mana yang salah?

    Guru, masyarakat, pemangku kebijakan atau siapakah? Kenapa masih saja ada yang berpandangan negatif ?

    Mereka butuh didukung. Paling tidak berikan do'a, bukan bully-an. Bisa dibayangkan jika sekolah-sekolah tak dibantu mereka, bagaimana proses pembelajaran para siswa?

    Jika sekolah memiliki tenaga pendidik yang terbatas, pembelajaran memang bisa secara kelas rangkap. Satu guru mengajar dua hingga tiga kelas. Namun pembelajaran seperti ini sangat tidak efektif bukan. Apalagi dalam kurikulum K13. Guru tak bisa maksimal dalam mendidik siswa karena harus wira-wiri, mengingatkan dan mendidik lebih dari satu kelas dengan jumlah siswa yang lumayan. Tentu saja yang dirugikan adalah para siswa, jika terus-terusan pembelajaran kelas rangkap. Guru juga akan sangat kelelahan pastinya.

    Pada akhirnya di Hari Buruh ini, kita berharap bahwa para buruh mendapatkan kesejahteraan dan terhindar dari PHK. Di sisi lain, kita juga berharap nasib baik bisa diraih para guru non PNS. Semoga.


    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    NamaLabel

    +