-->
  • Jelajahi

    Copyright © PARADIGM
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Filosofi Lebaran

    Kusnadiaal
    Sabtu, 23 Mei 2020, Sabtu, Mei 23, 2020 WIB Last Updated 2020-05-23T15:11:10Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini

    sumber: nu.or.id

    Seorang Budayawan terkenal Dr Umar Khayam (Alm), menyatakan bahwa tradisi lebaran adalah terobosan akulturasi budaya Jawa dan Islam. Kearifan para ulama di Jawa mampu memadukan kedua budaya tersebut demi kerukunan dan kesejahteraan masyarakat.

    Akhirnya budaya Lebaran itu lambat lain menyebar ke seluruh penjuru Indonesia, dan melibatkan penduduk dari berbagai pemeluk agama. Untuk mengetahui akulturasi kedua budaya tersebut, mari kita cermati dulu profil budaya Islam secara global. Di negara-negara Islam Timur Tengah dan Asia (Selain Indonesia), sehabis umat Islam melaksanakan shalat Idul Fitri tidak ada tradisi berjabat tangan secara massal untuk saling memaafkan. Yang ada hanya beberapa orang secara sporadis berjabatan tangan sebagai btanda keakraban.

    Menurut tuntunan ajaran Islam, itu tidak ditetapkan waktunya setelah umat Islam menyelesaikan ibadah puasa Ramadhan, melainkan kapan saja setelah seseorang merasa berbuat salah kepada orang lain, maka ia harus segera meminta maaf kepada orang tersebut. Bahwa Allah SWT lebih menghargai seseorang yang memberi maaf kepada orang lain, (QS. Ali Imran: 134).

    Budaya Sungkem


    Dalam budaya Jawa, seseorang "sungkem" kepada orang yang lebih tua adalah perbuatan yang terpuji. Sungkem bukannya simbol kerendahan derajat, melainkan justru menunjukan prilaku utama. Tujuannya pertama, adalah sebagai lambang penghormatan, dan kedua, sebagai sebagai permohonan maaf, atau "nyuwun ngapura". Istilah "ngapura" nampaknya berasal dari bahasa Arab "ghafura".

    Para ulama di Jawa nampaknya ingin benar mewujudkan tujuan puasa Ramadhan. Selain untuk meningkatkan iman dan taqwa, juga mengharapkan dosa-dosanya di waktu yang lampau di ampuni oleh Allah SWT. Seseorang yang merasa berdosa kepada Allah SWT bisa langsung memohon ampunan kepada-Nya. Tetapi, apakah semua dosanya terhapus jika dia masih bersalah kepada orang lain yang belum meminta maaf kepadanya ?

    Nah disinilah para ulama mempunyai ide, di hari Lebaran itu antara seorang dengan yang lainnya perlu saling memaafkan kesalahannya masing-masing, yang kemudian dilaksanakan secara kolektif dalam bentuk halal bihalal. Jadi, disebut Lebaran, karena puasa telah Lebar (selesai), dan dosan-dosanya telah lebur (terhapus).

    Dari sedikit uraian diatas dapat kita mengerti, bahwa tradisi Lebaran berikut halal bihalal adalah perpaduan budaya Jawa dan budaya Islam.

    Namun dalam kondisi yang seperti sekarang ini harus seperti apa?

    Alangkah baiknya menurut hemat penulis cukup dengan saling memaafkan dengan telekomunikasi tanpa kemudian saling bertemu satu sama lain, saling memaafkan dengan hati.

    Sejarah singkat halal bihalal

    Sejarah asal halal bihalal ada beberapa versi. Menurut sebuah sumber yang dekat dengan Krayon Surakarta, bahwa tradisi halal bihalal dirintis oleh KGPAA Mangkunegara I, yang terkenal dengan sebutan pangeran sunbernyawa. Dalam rangka menghemat waktu, tenaga, pikiran dan biaya maka setelah shalat Idul Fitri diadakan pertemuan antara Raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana. Semua punggawa dan prajurit dengan tertib melakukan sungkem kepada para Raja dan permaisuri.

    Apa yang dilakukan oleh pangeran Sunbernyawa itu kemudian ditiru oleh organisasi-organisasi Islam, dengan istilah halal bihalal. Kemudian instansi-instansi pemerintah pemerintah/swasta juga mengadakan halal bihalal, yang pesertanya meliputi masyarakat dan berbagai pemeluk agama.

    Sampai pada saat ini halal bihalal telah berfungsi sebagai media pertemuan dari segenap warga masyarakat. Dan dengan adanya acara saling memaafkan, hubungan antar masyarakat menjadi lebih akrab dan penuh kekeluargaan.

    Karena halal bihalal mempunyai efek yang positif bagi kerukunan dan keakraban warga masyarakat, maka tradisi halal bihalal perlu dilestarikan dan dikembangkan.

    Makna Idul Fitri

    Ada tiga pengertian tentang Idul Fitri. Di kalangan ulama ada yang mengartikan Idul Fitri dengan kembali kepada kesucian. Artinya setelah selama bulan Ramadhan umat Islam melatih diri menyucikan jasmani dan rohaninya, dan dengan harapan pula dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT. Maka memasuki hari Lebaran mereka telah menjadi lahir batin.

    Ada yang mengartikan Idul Fitri dengan kembali kepada fitrah, atau naluri religius. Hal ini sesuai dengan Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 183, bahwa tujuan puasa agar orang yang melakukannya menjadi orang yang taqwa atau meningkat kualitas religiusitasnya.

    Adapula yang mengartikan Idul Fitri dengan kembali kepada keadan dimana umat Islam diperbolehkan lagi makan dan minum di siang hari seperti biasa. Dikalangan ahli bahasa Arab, pengertian ketiga itu dianggap yang paling tepat.

    Dari makna tersebut dapat kita simpulkan bahwa dalam memasuki Idul Fitri umat Islam diharapkan mencapai kesucian lahir batin dan meningkat religiusitasnya.
    Salahsatu ciri manusia religius adalah memiliki kepedulian terhadap kaum yang sengsara. Dalam QS. Al-Ma'un ayat 1-3 disebutkan, adalah dusta belaka kalau ada orang yang mengaku beragama tetapi tidak memperdulikan nasib anak yatim. Penyebutan anak yatim dalam ayat ini merupakan refresentasi dari kaum yang sengsara.

    Oleh karena itu dapat kita pahami, bahwa umat Islam yang mampu wajib memberikan zakat fitrah kepada kaum fakir miskin, dan pemberian zakat tersebut paling lambat sebelum pelaksanaan sholat Idul Fitri. Aturan ini dimaksudkan, agar pada waktu umat Islam yang mampu bergembira ria merayakan Idul Fitri jangan ada orang-orang miskin yang sedih, atau sampai menangis, karena tidak ada yang dimakan.

    Dari uraian diatas dapat kita simpulkan, bahwa Idul Fitri merupakan puncak dari sauatu metode pendidikan mental yang berlangsung selama satu bulan untuk menunjukan profil manusia yang suci lahir batin, dan memelihara hubungan sosial yang harmonis.
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    NamaLabel

    +